BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Terjadinya
konflik dalam setiap organisasi tidak terkecuali dalam dunia pendidikan
merupakan sesuatu hal yang tidak dapat dihindarkan. Hal ini terjadi karena di
satu sisi orang-orang yang terlibat dalam organisasi mempunyai karakter,
tujuan, visi, maupun gaya yang berbeda-beda. Di sisi lain adanya saling
ketergantungan antara satu dengan yang lain yang menjadi karakter setiap
organisasi. Tidak semua konflik merugikan organisasi. Konflik yang ditata
dan dikendalikan dengan baik dapat menguntungkan organisasi sebagai suatu
kesatuan. Dalam menata konflik dalam organisasi diperlukan keterbukaan,
kesabaran serta kesadaran semua pihak yang terlibat maupun
yang berkepentingan dengan konflik yang terjadi dalam organisasi. Organisasi
yang selalu berkembang dengan pesat pasti penuh dengan berbagai masalah baik
masalah yang datang dari dalam organisasi itu sendiri, maupun masalah masalah
yang datang dari luar organisasi.
Pesatnya
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, informasi, seni, dan budaya menorong
perubahan kebutuhan dan kondisi serta menimbulkan berbagai macam tantangan yang
semakin kompleks. Kondisi tersebut akan membawa dampak luas dan bervariasinya
manajemen pendidikan. Banyaknya tugas manajemen pendidikan akan menjadi beban
berat bagi para pemimpin pendidikan, termasuk kepala sekolah. Dalam mendorong
visi, misi dan melakukan inovasi di sekolah, kepala sekolah akan dihadapkan
pada berbagai masalah, termasuk konflik yang timbul sebagai akibat dari
banyaknya permasalahan dan perubahan di sekolah. Semakin maju dan berkembang
suatu sekolah semakin banyak masalah yang harus dihadapi dan dipecahkan secara
bijak dan profesional. Misalnya hubungan yang tidak baik antara staf dan
manajemennya dan masalah-masalah yang lainnya. Dengan demikian maka dapat
disimpulkan bahwa, diperlukannya mengkaji manajemen konflik, agar segala
permasalahan didalam suatu organisasi dan manajemennya berjalan lancar.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar
belakang masalah diatas maka dapat kami rangkumkan beberapa rumusan masalah
sebagai berikut :
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan konflik?
1.2.2 Bagaimana pandangan terhadap konflik itu?
1.2.3 Apa dampak atau konsekuensi dari konflik?
1.2.4 Apa saja tingkatan dari konflik?
1.2.5 Apa saja prinsip-prisip dari pelaksanaan
manajemen konflik?
1.2.6 Apa saja langkah-langkah dalam manajemen
konflik?
1.2.7 Apa saja kreteria keberhasilan manajemen
konflik?
1.2.8 Apa saja prosedur evaluasi untuk mengetahui
keberhasilan manajemen konflik?
1.3 Tujuan
1.3.1 Agar dapat mengeahui pengertian konflik.
1.3.2 Agar
dapat mengetahui bagaimana pandangan terhadap konflik itu.
1.3.3 Agar
dapat mengetahui dampak atau konsekuensi dari konflik.
1.3.4 Agar
dapat mengetahui tingkatan konflik itu.
1.3.5 Agar
dapat mengetahui prinsip-prinsip dari pelaksanaan manajemen konflik.
1.3.6 Agar
dapat mengetahui langkah-langkah dalam manajemen konflik.
1.3.7 Agar
dapat mengetahui kreteria keberhasilan manajemen konflik.
1.3.8 Agar
dapat mengetahui prosedur evaluasi untuk mengetahui keberhasilan manajemen
konflik.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Konflik
Kata “konflik” berasal dari kata Conflictm yang berarti saling
berbenturan. Arti kata ini menunjukkan semua bentuk benturan, tabrakan, ketidak
sesuaian, pertentangan, perkelahian, operasi dan interaksi antagonis.
Konflik juga dapat didefinisikan sebagai
suatu keadaan yang didalamnya terdapat kecekcokan maksud antara nilai-nilai
atau tujuan-tujuan, berpacu menuju tujuan dengan cara yang tidak atau
kelihatannya kurang sejalan sehingga yang satunya berhasil sementara yang
lainnya tidak.
Berdasarkan definisi tersebut konflik
dapat dinyatakan sebagai suatu keadaan dari seseorang atau kelompok dalam suatu
sistem sosial (satuan pendididikan) yang memiliki perbedaan dalam memandang
suatu hal dan diwujudkan dalam perilaku yang akan kurang ssejalan dengan pihak
lain yag terlibat didalamnya ketika mencapai tujuan tertentu.
2.2 Pandangan Terhadap Konflik
Konflik
dapat dipandang dari dua titik pandang yaitu pandangan lama dan pandangan baru.
PANDANGAN LAMA
|
PANDANGAN BARU
|
1.
Konflik harus
dihilangkan dari organisasi, karena dapat mengganggu organisasi dan merusak
prestasi
|
1. Konflik
sesungguhnya meningkat organisasi. Namun harus dikelola dengan baik.
|
2.
Dalam organisasi yang
baik tidak ada konflik.
|
2. Dalam organisasi yang baik,
konflik dapat memuncak dan dapat mendorong anggota dari kehidupan organisasi.
|
3.
Konflik itu jelek
karena dapat menjurus ke tingkat area yang lebih tinggi, memunculkan
kejahatan dan sabotase berbagai program.
|
3.
Konflik merupakan bagian integral dari kehidupan organisasi.
|
4.
Dengan mengkooinasi
lingkungan kerja secara baik, manager akan membentuk prilaku bawahan
sepenuhnya.
|
4. Banyak faktor yang menentukan prilaku
pegawai terhadap pekerjaan.
|
Berdasarkan pandangan tersebut, setiap
pimpinan satuan pendidikan dapat melihat bagaimana dirinya menyoroti konflik
yang terjadi dalam penyelenggaraan pendidikan.
2.3 Dampak atau Konsekuensi Konflik
Dampak atau konsekuensi konflik yang
terjadi ada yang menguntungkan dan ada yang merugikan. Konflik yang
menguntungkan sering disebut sebagai konflik Fugsional, sedangkan yang tidak
merugikan disebut konflik Disfungsional.
Adapun
contoh yang menguntungkan, antara lain :
1.
Memungkinkan ketidak
puasan yang tersembunyi muncul dipermukaan organisasi, dapat mengadakan
penyesuaian dan mengatasinya.
2.
Memungkinkan timbulnya
norma-norma baru.
3.
Berguna untuk kemampuan
struktur kekuasaan yang ada pada organisasi.
4.
Menyatukan beberapa
komponen yang terpisah.
5.
Merangsang usaha untuk
mengurangi stagnasi.
Dan
ada beberapa contoh yang merugikan, antara lain :
1.
Menyebabkan timbulnya
perasaan “tidak enak” sehingga menghambat komunikasi.
2.
Menyebabkan ketegangan antara individu maupun
kelompok.
3.
Menghalangi kerja sama
diantara individu dan mengganggu saluran informasi.
4.
Memindahkan perhatian
perhatian anggota organisasi dari tujuan organisasi.
Berkaitan
dengan hal diatas terdapat kemungkinan suatu konflik memperkuat efektivitas
atau keberadaan organisasi, namun pada level tertentu dapat berubah menjadi
konflik yang dapat menurunkan efektivitas organisasi.
2.4 Tingkat Konflik (Level Of Conflict)
Konflik yang timbul dalam suatu
organisasi (pekerjaan) dapat dibagi menjadi 4 (empat) tingkatan, yaitu :
1.
Konflik
didalam diri individu itu sendiri.
Konflik
dalam diri seseorang dapat timbul jika terjadi kasus overland jitu, dimana ia
membebani dengan tanggung jawab pekerjaan yang terlalu banyak, dan dapat pula
terjadi ketika dihadapkan pada suatu titik dimana ia harus membuat keputusan
yang melibatkan pilihan alternatif yang terbaik. Perspektif dibawah ini
mengidentifikasikan empat episode konflik, dikutif dari tulisan Thomas V.Banoma
dan Genald Zaltman dalam buku Psychology For Management :
a.
Appriacch-approach
conflict
yaitu, situasi dimana
seseorang harus memiliki salah satu diantara beberapa alternatif yang sama
baiknya.
b.
Avoidance-avoidance
conflict
yaitu, keadaan dimana
seseorang terpaksa memilih salah satu diantara beberapa alternatif tujuan yang
sama buruknya.
c.
Approach-avoidance
conflict
yaitu, merupakan suatu
situasi dimana seseorang terdorong oleh keinginan yang kuat untuk mencapai satu
tujuan, tetapi disisi lain secara simultan selalu terhalang dari tujuan
tersebut oleh aspek-aspek tidak menguntungkan yang tidak lepas dari proses
mencapai tujuan itu sendiri.
d.
Multiple
Approach-avoidance conflict
yaitu, suatu situasi
dimana seseorang terpaksa dihadapkan pada kasus kombinasi ganda dari
Approach-avoidance conflict.
2.
Konflik
Interpersonal
Konflik
Interpersonal merupakan konflik antara satu individual dengan individual yang
lain. Konflik interpersonal dapat berbentuk substantive maupun emosional,
bahkan merupakan kasus utama dari konflik yang dihadapi oleh para manager dalam
hal hubungan interpersonal sebagai bagian tugas manajerial itu sendiri.
3.
Konflik
Intergrup
Konflik
intergroup merupakan hal yang tidak asing lagi bagi organisasi manapun, dan
konflik ini menyebabkan sulitnya koordinasi dan integrasi dari kegiatan yang
berkaitan dengan tugas-tugas dan pekerjaan. Dan setiap kasus, hubungan
intergroup harus di-manage sebaik mungkin untuk mempertahankan kolaborasi dan
menghindari semua konsekwen disfungsional dan setiap konflik yang mungkin
timbul.
4.
Konflik
Interorganisasi
Konflik
ini sering dikaitkan dengan persaingan yang timbul diantara
perusahaan-perusahaan swasta. Konflik interorganisasi sebenarnya berkaitan
dengan isu yang lebih besar lagi.
2.5 Prinsip-prinsip Pelaksanaan Manajemen
Konflik
Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan manajemen konflik,
antara lain :
1.
Perlakuan
Secara Wajar dan Alamiah
Konflik
yang timbul dalam penyelenggaraan satuan pendidikan kini menjadi bagian yang
tak terpiahkan dari organisasi, tak perlu dihindari tetapi harus dihadapi
pimpinan melalui manajemen konflik. Oleh karena itu, pelaksanaan manajemen
konflik perlu diperlakukan secara wajar dan alamiah sebagaimana pelaksanaan
manajemen bidang lainnya.
2.
Pandanglah
Sebagai Dinamisator Organisasi
Pandanglah
bahwa organisasi tanpa konflik berarti diam, statis dan tidak mencapai kemajuan
yang diharapkan. Dimana agar dinamika yang terjadi benar-benar menjadi sesuatu
yang positif untuk menghasilkan perubahan sekaligus mendukung perkembangan dan
pencapaian tujuan sekolah
3.
Media
Pengujian Kepemimpinan
Kepemimpinan
kepala sekolah tidak hanya diuji ketika membawa anggota mencapai tujuan
berdasarkan rutinitas tugas formal belaka. Tetapi akan lebih diuji ketika
menghadapi konflik dan melalui manajemen konflik, dirinya akan memiliki
kepemimpinan yang dapat diandalkan untuk membawa roda organisasi sedcara
dinamis positif dalam mencapai tujuan dimasa mendatang.
4.
Fleksibelitas
Strategi
Fleksibeitas
Strategi yang dimaksud adalah pedmulihan penggunaan strategi dimaksud sangat
tergantung pada :
a. Jenis,
materi konflik dan sumber-sumbernya.
b. Karakteristik
pihak-pihak yang berkonflik.
c. Sumber
daya yang dimiliki dan mendukung.
d. Kultur
masyarakan dan iklim organisasi.
e. Antisipasi
dampak konflik.
f. Intensitas
dan keluasan konflik.
2.6 Langkah-langkah
Manajemen Konflik
Beberapa
langkah yang perlu dilakukan kepala sekolah dalam pelaksanaan manajemen konflik
:
1.
Perencanaan
Analisa Konflik
Langkah
ini dimaksud untuk mengidentifikasikan atau menentukan konflik apa yang terjadi
dalam penyelenggaraan satuan pendidikan. Perlu diperhatikan bahwa konflik ada
yang nyata atau tersembuyi dimana yang nyata akan lebih mudah dikenali dan
dianalisa, tetapi konflik yang tersembunyi perflu dibuka untuk pemberian
stimulus yang terencana agar menjadi terbuka. Kepala sekolah pada langkah ini harus
dapat menentukan sumber penyebabnya, faktor-faktor yang mempengaruhinya,
jenis-jenisnya, dan keerlibatan pihak-pihak yang berkonflik. Apabila hal
tersebut semua jelas, akhirnya konflik yang sesungguhnya dapat dirumuskan
secara jelas dan tegas.
2.
Evaluasi
Konflik
Evaluasi
konflik disini memiliki pengertian upaya untuk menentukan kualitas suatu
konflik yang telah dirumuskan dan dapat ditinjau dari dua segi yaitu intensitas
dan keluasan. Kedua segi itu saling terkait antara yang satu dengan yang
lainnya, atas dasar ini kualitas konflik dapat diklasifikasikan menjadi :
a. Konflik
Ringan/Kecil
b. Konflik
Seddang
c. Konflik
Besar/Berat
Semua
konflik dimaksud pada dasarnya perlu mendapat perhatian kepala sekolah, dimana
disini kepala sekolah bertindak sebagai manager konflik dan dicarikan
pemecahannya secara baik sesuai dengan situasi dan kondisi masing-masing dan
dilakukan berdasarkan skala pioritas.
3.
Pemilihan
Strategi Manajemen Konflik
Ada
beberapa pedoman yang perlu diperhatikan seorang kepala sekolah dalam memilih
strategi manajemen konflik antara lain sebagai berikut ;
a. Pahamilah
beberapa prinsip dalam pelaksanaan manajemen konflik.
b. Berdasarkan
prinsip-prinsipnya pilihlah diantara strategi manajemen konflik yang
disarankan.
c. Evaluasilah
pelaksanaan strategi manajemen konflik yang dipilih.
d. Evaluasi
kembali strategi manajemen konflik yang
dipilih untuk mengetahui keberhasilannya.
e. Strategi
yang dipilih dapat dipertahankan apabila menunjukkan hasil yang baik.
2.7 Kreteria Keberhasilan Manjemen Konflik
Keberhasilan
manajemen konflik yang dilakukan kepala sekolah dapat dilihat apabila memenuhi
kreteria sebagai berikut :
1.
Kepala
Sekolah Mampu Membuat Perencanaan Analisis Konflik
Perencanaan analisis
konflik yang baik harus menunjukkan adanya :
a. Deskripsi
fenomena konflik yang terjadi.
b. Identifikasi
konflik.
c. Rumusan
konflik yang sesungguhnya secara jelas dan tegas.
2.
Kepala
Sekolah Mampu Melakukan Evaluasi Konflik
Ukuran yang dapat
digunakan agar evaluasi terhadap suatu konflik dapat dikatakan berhasil :
a. Tinggi
rendahnya intensitas timbulnya suatu konflik.
b. Luas
tidaknya cakupan suatu konflik.
c. Penentuan
kualitas konflik.
d. Penentuan
penyelesaian konflik berdasarkan prioritas.
3.
Kepala
Sekolah Mampu Memilih Strategi Manajemen Konflik
Keberhasilan kepala
sekolah dalam memilih strategi manajemen konflik yang tepat sangat ditentukan
oleh kemampuan, keberanian, pengalaman, usaha dan doa, kematangan dirinya,
serta situasi dan kondisi yang ada dan kepedulian pemimpin terhadap prinsip-prinsip
yang harus dilaksanakan.
2.8 Prosedur Evaluasi untuk Mengetahui
Keberhasilan Manajemen Konflik
Prosedur
evaluasi yang dapat dilaksanakan kepala sekolah untuk mengetahui keberhasilan
dalam menjalankan manajemen konflik mencagkup langkah-langkah sebagai berikut :
1.
Perencanaan
Evaluasi
Instrumen evaluasi
merupakan hal pertama dan utama yang dilakukan dalam perencanaan evaluasi dan
dikembangkan berdasarkan komponen manajemen konflik yaitu perencanaan analisis
konflik, evaluasi suatu konflik, dan strategi manajemen konflik.
Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam perencanaan :
a. Instrumen
tersebut hanyalah sebuah contoh saja.
b. Perencanaan
intstrumen tersebut akan didistribusikan.
2.
Pelaksanaan
Evaluasi
Pelaksanaan evaluasi
ini mencangkup hal-hal sebagai berikut :
a. Didistribusikan
kepada pihak-pihak yang dianggap mengetahui konflik yang terjadi.
b. Mintalah
mereka untuk mengisinya secara jujur dan objektif.
c. Kumpulkanlah
instrumen yang telah diisi.
d. Seleksi
dan tabulasikan datanya.
e. Analisi
data dengan mencari rata-ratanya.
f. Interprestasikan
hasil analis data dalam klasifikasi
3.
Menarik
Kesimpulan
Simpulkanlah hasil
evaluasi berdasarkan hasil analisis dan interprestasi apabila kesimpulannya
menunjukkan :
a. Baik sekali,
berarti manajemen konflik yag dilakukan kepala sekolah dipertahankan.
b. Baik,
berarti manajemen konflik yang dilakukan kepala sekolah perlu dipertahankan
tetapi perlu sedikit penyempurnaan.
c. Cukup baik,
berarti manajemen konflik yang dilakukan kepala sekolah perlu banyak
disempurnakan.
d. Kurang baik dan tidak
baik, berarti manajemen konflik yang
dilakukan kepala sekolah perlu disempurnakan secara keseluruhan.
Dilihat dari
pembahasan tentang konflik diatas maka diperlukan berbagai strategi-strategi
yang harus digunakan oleh seorang manajer dalam menyelesaikan suatu konflik,
yaitu
1. Seorang manajer dapat
mengikut sertakan orang-orang yang sedang berkonflik pada tujuan yang lebih
tinggi. Contoh, dalam suatu perusahaan terjadi
suatu konflik, dimana seorang pegawai terlibat konflik dalam menentukan kuota
penjualan. Bagian keuangan menuntut penjualan setinggi-tingginya, sedangkan
bagian anda menuntut dukungan biaya promosi
besar-besaran. Begitu orang-orang itu diajak bicara pada tatanan
corporate, untuk tujuan yag lebih besar, mereka akan cenderung berpikir lebih
jernih.
2. Memperluas sumber daya
yang ada. Konflik bisa terjadi karena sumber daya
yang langka yang dibutuhkan banyak orang. Contoh, hanya ada satu saluran
telepon untuk dua bagian. Ketika mereka akan menggunakannya, mereka saling
beredbut. Cara manajemen konfliknya
yaitu dengan menambah pesawat teleponnya.
3. Penghindaran.
Ini yang sering dilakukan orang pada umumnya. Darupada ribut dan konflik dengan
tetangganya, orang kemudian akan menghindar dan berusaha untuk tidak bertatap
dengan tetangganya. Ini bukan cara manajemen konflik yang baik dan efektif
namun kadang dengan penghindaran ini pihak yang ingin konflik akan berkurang
semangat untuk konfliknya.
4. Mencari titik temu.
Teknik ini berusaha mencari persamaan yang ada diantara pihak yang terlibat
konflik, sekaligus juga memperkecil perbedaan yang ada. Contoh, ada konflik
bagian pemasaran dan produksi. Daripada berdebat perbedaan fungsi kedua bagian
itu, Misalnya, karena sama-sama fungsi yang sangat penting dalam perusahaan,
karena tanpa keduanya perusahaan tidak akan bisa hidup.
5. Kompromi.
Ketika anda melakukan kompromi terhadap pihak yang terlibat konflik, mungkin
masing-masing pihak tidak merasa puas terhadap keputusan itu. Namun manajemen
konflik ini efektif jika topik/barang yang dikonflikkan bisa dibagi dua secara
adil.
6. Pakai power.
Ini adalah cara paling kuno untuk manajemen konflik ketika orang yang konflik
tidak mau menyudahi konflik itu. Walau mereka tidak puas, namun karena mereka
adalah bawahan anda mau tidak mau mereka harus patuh pada anda.
7. Mengubah sifat-sifat
orang yang berkonflik. Mengubah sikap orang
sangatlah sukar. Namun itu adalah manajemen konflik yang efektif untuk jangka
panjang. Contoh, dikantor anda dijumpai karyawan yang sering bertengkar dengan
karyawan lainnya. Sebagai pimpinannya, anda ajak pelan-pelan karyawan itu untuk
mengubah prilakunya. Dengan sabar anda membimbing karyawan itu, dan akhirnya
dia mampu menjadi karyawan baik. Ketika karyawan itu sudah berubah sikapnya,
konflik yang sering terjadi adalah bagian anda akan sangat berkurang.
8. Ubah strukturnya.
Agar bagan produksi dan bagian promosi titak saling meyalahkan, ubahlah
strukturnya. Contoh, bagian pemasaran mengeluh betapa sulitnya mereka menual
karena produk desainnya jelek, dan kwalitasnya meragukan. Keluhan itu
ditanggapi oleh bagian produksi dengan cara mereka membuat produksi begitu
karena memang tidak ada masukan dari bagian pemasaran. Sedangkan produk buruk,
mereka mengeluh karena terjadi pemotongan anggaran produksi besar-besaran dari
bagian keuangan. Agar mereka tidak saling konflik, gabung dua bagian itu
dibawah satu depaartemen sehingga kedua bagian itu bisa bekerja sama dengan
baik.
9. Ciptakan musuh bersama,
agar mereka saling konflik ciptakan musuh bersama. Musuh ini dapat berupa
persaingan agresif yang harus dihadapi dengan bersatu, dan bukannya terpecah
belah. Musuh “ciptaan” dapat pula berupa “kunjungan” pimpinan puncak kebagian
itu yang terpaksa mereka harus bersatu padu untuk bersama-sama menyambut
pimpinan itu.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Konflik
dinyatakan sebagai suatu keadaan dari seseorang atau kelompok orang yang dalam
suatu sistem sosial (satuan pendidikan) yang memiliki perbedaan dalm memandang
suatu hal dan diwujudkan dalam perilaku yang tidak akan kurang sejalan dengan
pihak lain yang terlibat didalamnya ketika mencapai suatu tujuan tetentu.
Konflik
dapat dipandang dari dua sudut pandang yakni andanganlama dan pandangan baru.
Konflik memiliki dampak atau konsekuensi dimana, ada yang menguntungkan
(fungsional) dan ada yang merugikan (disfungsional). Tingkat konflik timbul
dalam suatu organisasi yang terbagi atas empat bagian yaitu :
1. Konflik
dalam diri individu itu sendiri.
2. Konflik
Interpersonal
3. Konflik
Intergroup
4. Konflik
Interorganisasi
Dalam manajemen konflik ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan baik dalam prinsip-prinsip manajemen konflik,
langkah-langkah manajemen, maupun kreteria manajemen konflik.
DAFTAR
PUSTAKA
Ariasa.G, I Made .2007. Management Pendidikan. IHDN Denpasar :
Denpasar.
E. Mulyasa. 2006. Menjadi Kepala Sekolah
Profesional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar