BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Secara garis besar evaluasi diagnostik dibedakan menjadi dua bagian, yaitu
kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk menentukan posisi siswa dalam
kelompoknya, yang dalam hal ini mengidentifikasi siswa yang memiliki kesulitan
dan kegiatan pembelajaran remidi, yang didalamnya mencangkup pemberian materi
kepada kelompok siswa yang benar-benar memiliki kesulitan belajar agar dapat
mengejar ketinggalannya dalam belajar.
Evaluasi diagnostik merupakan salah satu fungsi evaluasi yang memerlukan
prosedur dan kompetensi yang lebih tinggi dari para guru sebagai evaluator.
Evaluasi diagnostik, merupakan evaluasi yang memiliki penekanan khusus pada
penyembuhan kesulitan belajar siswa yang tidak terpecahkan pada formula
perbaikan yang biasanya ditawarkan dalam bentuk evaluasi formatif. Jika para
siswa secara terus-menerus tidak dapat menyerap informasi yang berupa nasihat
perbaikan dan masih tetap gagal dalam menerima materi pmbelajaran yang
diberikan oleh guru atau masih kesulitan dalam menerima materi pembelajaran
seperti membaca, menulis, menghitung atau menguasai mata pelajaran yang lain
maka evaluasi diagnostik sebagai langkah akhir yang perlu disiapkan dari
seorang evaluator.
Ada dua hal yang perlu diingat oleh para guru dalam melakukan evaluasi
diagnostik. Yang pertama penilaian
diagnostik pada umumnya jarang digunakan oleh guru untuk menentukan grade. Kedua, semakin baik evaluasi
diagnostik dilakukan semakin jelas tujuan belajar dapat ditetapkan.
1.2
Rumusan Masalah
1.2.1
Apa saja faktor
penyebab kegagalan pencapaian hasil belajar siswa?
1.2.2
Yang dimaksud dengan
teknik remidi secara individual tersebut?
1.2.3
Bagaimana cara
organisasi kegiatan remidial?
1.2.4
Bagaimana guru
memberikan pengajaran remidi?
1.3
Tujuan
1.3.1
Agar dapat mengetahui
faktor penyebab kegagalan pencapaian hasil belajar siswa.
1.3.2
Agar dapat mengetahui
teknik remidi secara individual.
1.3.3
Agar dapat mengetahui cara
organisasi remidial.
1.3.4
Agar mengetahui cara
guru memberikan pengajaran remidi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Faktor Penyebab Kegagalan Pencapaian Hasil Belajar
Adapun faktor penyebab kegagalan tercapainya hasil belajar yaitu faktor
internal (pribadi siswa) itu sendiri, lingkungan pribadi dan mungkin gabungan
dari keduanya yang termasuk kedalam faktor eksternal yang berkaitan dengan
siswa antara lain :
1.
Faktor Penyebab Internal
a.
Kesehatan
Kondisi fisik
siswa secara umum dapat mempengaruhi kemampuan mencapai suatu tujuan.
Pencapaian hasil belajar, pada dasarnya merupakan usaha yang dapat dicapai
melalui kerja keras, tekun, dan dilakukan dengan komitmen tinggi. Kurang energi
yang disebabkan oleh kondisi fisik yang kurang sehat, dapat menutup kemungkinan
siswa dalam mencapai hasil belajar secara maksimal. Selain itu, siswa yang
kurang sehat juga tidak bisa mencapai potensi yang sebenarnya. Hal ini termasuk
juga dalam beberapa usaha pencapaian tugas yang kompleks yang dituntut oleh
sekolah. Kurang sehatnya fisik seorang siswa dapat menyebabkan stamina cepat
menurun, cepat lelah sehingga uaha menguasai materi pembelajaran tidak tercapai
secara maksimal. Fisik siswa yang kurang sehat dapat dimugkinkan memiliki
kaitan dengan beberapa faktor penyebab misalnya, gizi buruk, istirahat kurang,
terlalu tegang atau stres, dan bekerja terlalu keras. Yang akan mempengaruhi
pada tingginya ketidak hadiran siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, dan
dapat menyebabkan rendahnya pencapaian hasil belajar.
Selain itu, salah
satu panca indra yang terganggu misalnya, gangguan pengeliatan dan gangguan
pendengaran dapat mempengaruhi rendahnya
kemampuan siswa dalam pendidikan.
Kesehatan fisik
yang lain juga dapat menjadi penyebab kegagalan siswa adalah koordinasi motorik
yang kurang baik, yang dapat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menulis dan
berolahraga. Koordinasi motorik yang lemah
juga dapat menjadi penyebab kurangnya kemampuan siswa dalam mengadopsi
keterampilan khusus yang diperlukan dalam proses pembelajaran misalnya,
berenang, menari dan kegiatan ekstrakulikuler lainnya.
b.
Problem Penyesuaian Diri
Faktor lain yang
juga termasuk faktor internal siswa yaitu problem penyesuaian diri. Sumber
utama penyesuaian diri adalah berasal
dari dalam diri siswa sendiri. Sebagai contoh, siswa yang mengalami .gangguan
emosional, pada umumnya memiliki kesulitan dalam belajar. Menurut Biehler, 1971
(Sukardi, hlm 232) menunjukkan siswa memiliki permasalahan belajar biasanya
ditandai dengan adanya beberapa indikator a) Kesiapan belajar yang buruk, b)
kesulitan menghadapi tes, c) kemampuan bahasa yang buruk, d) lebih senang
mengikuti belajar fisik dan praktis dari pada belajar skolastik dan mental
learning, e) penugasan materi yang lambat, dan g) kurang perhatian dalam
mengikuti kegiatan sekolah.
Perilaku siswa
yang mengalami gangguan emosional, ditandai dengan hal-hal berikut :
1.
Siswa menolak untuk
belajar dan hanya ingin melihat atau melakukan yang ia senangi, misalnya
menonton acara televisi, bermain dengan teman-temannya, dan menghabiskan waktu
untuk kegiatan diluar sekolah.
2.
Siswa menjadi nakal,
agresif, dan menyerang siswa lain secara terbuka.
3.
Siswa berpretensi
negatif terhadap kegiatan belajar yang diberikan oleh orang tua atau gurunya.
4.
Siswa memindahkan
kekerasan dari rumah ke sekolah apabila ia menjadi korban kekerasan orang
terdekatnya di rumah dan berusaha menyalurkannya ke teman di kelasnya.
5.
Menolak perintah untuk
belajar dan menolak bentuk-bentuk tekanan lain dari orang tua agar belajar
lebih baik.
Disini, guru perlu peduli dengan kondisi tersebut, kemudian
berusaha membantunya secara dini. Jika problem tersebut tidak dapat dipecahkan
dikelas, siswa tersebut bisa direkkomendasikan kepada guru lain yang bertugas
sebagai guru bimbingan dan konseling (BK).
2.
Faktor Penyebab Eksternal
Faktor eksternal
siswa di antaranya ligkungan di sekitar siswa, seperti teman pergaulan di luar
lingkungan sekolah, kondisi lingkungan siswa, dan juga kegiatan siswa di luar
sekolah.
a.
Lingkungan
Faktor lingkungan
pada umumnya muncul di luar situasi siswa. Faktor ini juga merupakan faktor
kesulitan dasar yang tidak mudah untuk diidentifikasi. Problem lingkungan
muncul sebaga hasil reaksi atau perubahan dalam diri siswa terhadap keluarga
dan lingkungannya, misalnya kondisi orang tua yang tidak harmonis. Penolakan
ligkungan terhadap diri siswa juga dapan menjadi problem kesulitan belajar.
Siswa kesulitan belajar karena cacat fisik dapat mengakibatkan kehilangan
interes intelektual di rumah.
b.
Cara Guru Mengajar Yang Tidak Baik
Guru perlu
melakukan perbaikan secara berkala, baik dalam penugasan metode mengajar maupun
penugasan materi yang hendak diajarkan.
c.
Orang Tua Siswa
Sumber intelektual
lain adalah orang tua yang tidak mau atau mampu menyediakan buku atau fasilitas
belajar yang memadai bagi anak-anaknya atau mereka yang tidak mau mengawasi
anak-anaknya agar belajar dirumah. Dengan adanya pengawasan, minimal mereka
bisa mengetahui ketika anaknya mengalami kesulitan dalam belajar dan juga bisa
membantu mengatasi kesulitan belajar yang dialami.
d.
Masyarakat Sekitar
Masyarakat
disekitar siswa dapat menjadi sumber masalah, ketika keberadaan masyarakat tidak
kondusif terhadap kebutuhan siswa secara individual maupun kelompok. Siswa akan
merasa berhasil dan bermanfaat, jika ia dapat merasakan manfaat yang nyata dari
hasil belajar di sekolah dengan keadaan di masyarakat, tempat mereka berada.
Sebaliknya, siswa tidak akan merasakan hasil belajarnya, jika yang ia pelajari
tidak bermanfaat atau memberi pengaruh, baik langsung maupun tidak langsung
bagi kehidupan siswa.
2.2
Remidi Secara Individual
Tidak ada teknik dan diasnotik remidial yang berhasil, jika dilakukan
tanpa sepengetahuan siswa yang bersangkutan, dalam hubungan antara teknik
diasnotik dan remidial dengan kebutuhan mereka. Beberapa siswa yang mengalami
kegagalan belajar, pada kasus tertentu mempunyai perasaan tidak pandai. Mereka
merasa rendah diri atau inferior bahwa mereka tidak dapat berhasil bahkan ada
yang merasa bahwa mereka berbeda dengan siswa lainnya. Beberapa siswa menarik
diri dari pergaulan antar siswa, bahkan ada yang benci dan menolak untuk diajak
belajar kembali, namun pada sisi lain ada siswa yang merasionalisasi dalam
pemikirannya bahwa keberhasilan dalam belajar tidak penting. Perasaan dan sikap
yang demikian tidak akan membantu dalam usaha mencapai masa depanya yang cerah.
Apabila, hal demikian muncul, maka untuk mengatasinya diperlukan bimbingan
konseling, agar mereka tidak jatuh pada rasa frustasi yang bekelanjutan. Tujuan
bimbingan konseling dalam kaitannya dengan kesulitan belajar adalah
meningkatkan dan menguatkan motivasi mereka untuk bangkit guna mengatasi
permasalahan. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah bagaimana seorang guru
mengorganisasi pengajaran remidial secara konprehensif?
Jika kesulitan siswa, baik yang bersumber internal maupun eksternal telah diidentifikasikan,
selajutnya program rmidi perlu diformulasikan. Jika siswa telah dimotivasi
dalam kegiatan belajarnya maka kegiatan remidi ini sebaiknya dilakukan secara
individual. Penilaian remidi pun difokuskan pada kebutuan spesifik individual
siswa.
Yang perlu diperhatikan oleh seorang guru adalah bahwa tidak semua remidi
harus dilakukan dengan cara individual, tetapi bisa juga remidi dilakukan
secara berkelompok dengan cara membuat kelompok-kelompok kecil yang terdiri
dari 4 atau 6 siswa yang memiliki problem yang sama. Di samping itu, ada juga
kesempatan untuk remidi secara keseluruhan. Ini terjadi, ketika kelemahan dan
kesulitan siswa ternyata menyeluruh dalam satu unit satuan pembelajaran.
Beberapa contoh yang memungkintan problem remidi menyeluruh, misalnya mata
pelajaran matematika.
Dalam hal ini yang penting adalah para guru harus peduli dan menyiapkan
setiap satuan pembelajaran dengan latihan soal dan buku kerja yang relevan
dengan subtansi pembelajaran. Selain itu, pada situasi ini guru harus tetap mampu
mengenal kelebihan dan kekurangan siswa sehingga kesempatan untuk menerapkan
teknik remidi individual atau kelompok dapat dilakukan dengan baik.
2.3
Organisasi Kegiatan Remidial
Program remidi yang baik pada prinsipnya perlu didasarkan pada diagnostik
awal dan disertai dengan tindak lanjut yang kontinu. Pertama, perlu diadakan pencerahan pada siswa bahwa tujuan khusus
program remidi diantaranya adalah mengatasi kesulitan belajar. Ketika kesulitan
belajar semakin menumpuk, maka dampak yang muncul adalah remidi pengajaran pun
semakin konpleks.
Kedua, guru perlu menilai
keberhasilan program remidi yang telah dilakukan. Untuk mencapai tujuan
tersebut, guru dimungkinkan pada saat yang diperlukan, mengubah metode dan
mengubah materi agar siswa dapat megatasi kesulitan dalam belajarnya. Dalam
kenyataannya, tidak semua siswa merespons dengan tingkat keberhasilan yang sama
dalam perlakuan remidi yang sama. Oleh karena itu, perlu adanya evaluasi yang
kontinu guna menentukan perkembangan dan prosedur yang hendak dilakukan dimasa
mendatang.
Ketiga, evaluasi remidi
memiliki arti penting bagi orang-orang terekat siswa. Oleh karena itu, perlu
diberikan informasi kepada siswa dan orang tua
mengenai perkembangan belajarnya. Dengan mengakui pencapaian hasil
belajar dan tetap mendorong untuk terus belajar, motivasi belajar siswa
diharapkan dapat meningkat, ketika siswa mengetahui hasil usaha belajar yang
telah diikuti. Pada kegiatan remidi ini, para guru perlu memperhatikan satu
prinsip penting, yaitu semakin kurang kematangan siswa, semakin penting hasil
remidi diterapkan dengan cara memberikan gambaran nyata, baik dengan grafik
atau diagram lainnya yang relevan.
Untuk guru sekolah dasar, biasanya masih bisa diberikan tanggung jawab
tambahan, berupa melaksanakan program diagnostik dan remidi, sedangkan untuk
sekolah lanjutan, guru bimbingan konseling yang dapat diberdayakan secara
intensif.
2.4
Memberikan Pengajaran Remidi
Guru merupakan ujung tombak dalam mengubah sikap siswa dari menarik diri
atau antipati belajar menjadi bergairah dalam mencapai tujuan belajar. Para
siswa yang mengalami permasalahan belajar harus diberi pemahaman dalam bentuk
program-program yang direncanakan dalam bentuk kegiatan remidi. Mereka yang
mempunyai problem diidentifikasi da dipilih untuk kemudian diberi penjelasan
secara intensif. Langkah berikutnya, materi belajar yang menjadikan problem
diungkapkan kembali dengan soal dan latihan yang mendukung terealisasinya
pencapaian hasil belajar. Para siswa juga perlu diberikan pekerjaan rumah,
karena memang kadang ada siswa yang ternyata bisa mengerjkan dengan baik
apabila diberi waktu tambahan. Di samping itu, para guru tetap secara intensif
memotivasi siswa untuk terus belajar.
Tingkat awal remidi adalah membangun kembali keyakinan dalam diri siswa.
Remidi yang baik pada umumnya mempunyai semua atribut menyajar yang baik,
ditambah dengan contoh soal yang bisa digunakan untuk lebih memahami dan
menguasai materi pembelajaran. Siswa diharapkan terus mengembangkan keyakinan,
ketika ia memiliki pengalaman dan merasakan usaha mereka berhasil. Oleh karena
itu, juga perlu seorang guru mengetahui dimana kekuatan dan kelemahan siswa.
Kekuatan yang ada digunakan untuk mengatasi kelemahan dan usaha tersebut untuk
mencapai tingkat pencapaian hasil belajar.
Hal itu semua akan membantu siswa manakala perkembangan positif dan nyata
diberitahukan dan keberhasilan yang dicapai dihargai. Alat bantu berupa grafik,
bagan, dan gambar dapat digunakan untuk memotivasi para siswa dalam menguatkan
motivasi mereka. Alat-alat bantu tersebut
harus disesuaikan dengan tingkat kematangan siswa. Dengan alat-alat bantu
remidi, siswa dapat melihat peningkatan kerjanya. Ketika siswa berkompetisi
dengan dirinya sendiri, guru dapat membantu dan mendorong semangatnya sehiangga
ia dapat dengan lebih baik mencatat pengalaman masa lalu dengan pencapaian
hasil belajar sekarang.
Untuk tetap termotivasi dan interes untuk belajar, maka program remidi
harus selalu ditekankan, tindakan monoton dan tanpa usaha perlu dihindari. Oleh
karea itu, pendekatan mengajar yang variatif perlu diperhatikan oleh guru yang
memberikan program remidi. Pendekatan yang variatif, relefan, dan menyenangkan
pada prinsipnya sangat sesuai dengan prinsip pembelajaran kontekstual, bisa
mencegah ketegangan mental siswa dan merangsang untuk melakukan pengembangan
diri dalam belajar. Mata pelajaran yang meliki nilai motivasi tinggi perlu
selalu dicari untuk dikembangkan guna mengatasi permasalahan belajar. Jika
siswa dapat membantu perencanaan program guru, misalnya melalui pilihan materi
pembelajaran, prosedur yang lebih mudah dipahami, siswa akan merasa meruntung.
Jika keterlibatan siswa dalam program remidi dapat terealusasi, impikasi
perencanaan bersama tersebut akan dapat membangkitkan interes dasar mereka dan
membangkitkan kepercayaan diri mereka untuk berhasil.
Minat siswa akan menyusut dan berkurang jika ia didorong terlalu keras
dalam program remidi. Oleh karena itu, guru perlu, suatu ketika memberikan ijin
untuk mengambil tes yang telah di rencanakan, dan membantu mereka dalam
menganalisis hasilnya. Seorang guru juga
perlu memberikan dorongan berupa pujian ketika siswa berhasil memperbaiki
peningkatan nilai setelah mereka mengikuti program remidi. Untuk menghindari
turunnya minat siswa, kegiatan remidi seyogyanya tidak dijadwalkan secara
fleksibel untuk mencegah terjadinya konflik dengan kegiatan siswa lain dalam
kelas yang diikutinya.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Dari uraian diatas
dapat disimpulkan bahwa :
Fungsi diagnostik yaitu untuk mencari dan menentukan penyebab problem yang
dialami oleh siswa dalam proses pembelajaran yang kemudian diikuti dengan
pemberian formulasi solusi atau tindakan remidial.
Ada sebagian guru tidak menyadari bahwa kemampuan siswa dalam proses
pembelajaran bervariasi. Hal ini terjadi karena sistem pengajaran secara
faktual diberikan secara bersamaan dalam satu kelas. Guru mengajar siswa dengan
cara dikelompokkan dalam satu kelas, dengan asumsi mereka memiliki kelompok
umur sama, pengetahuan sama, kecepatan menerima materi pembelajaran sama, dan
siswa dianggap sebagai subjek didik yang pada prinsipnya memiliki kesiapan
belajar yang sama.
Remidi merupakan kegiatan pengajaran yang tepat diterapkan, hanya ketika
kesulitan dasar para siswa telah diketahui. Kegiatan remidi merupakan tindakan
korektif yang diberikan kepada siswa setelah evaluasi diagnostik dilakukan.
Remidi yang dilaksanakan bertujuan membantu siswa secara terencana agar siswa
dapat mencapai hasil belajar yang lebih baik.
Untuk menentukan kelemahan dan kelebihan siswa, seorang guru perlu
memiliki pengetahuan tentang prinsip-prinsip ketwerampilan diagnostik. Adapun
faktor-faktor yang menyebabkan munculnya kesulitan belajar yang dibedakan
menjadi dua yaitu faktor internal dan eksternal.
Dalam hal remidial ada tiga hal penting yang perlu di perhatikan yaitu a)
para siswa yang mengalami permasalahan belajar harus diberi pemahaman dalam
bentuk program-program yang direncanakan dalam bentuk kegiatan remidi, b)
mereka yang mempunyai problem diidentifikasi dan dipilih kemudian diberi
penjelasan secara intensif, dan c) materi ajar yang menjadi problem diungkapkan
kembali dengan memberi soal dan latihan yang mendukung tercapainya hasil
belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Supriadi. 2008. Evaluasi Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara
Sugivarbini. 2012. Evaluasi
Diagnostik dan Remidi. Tersedia pada http://sugithewae.wordpress.com. Diakses tanggal 1 Desember 2013.
Kirom Nuzul. 2009. Optimalisasi
Proses Pembelajaran dan Remidi. Tersedia pada http://gembelfun.blogspot.com.
Diakses taggal 1 Desember 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar