Selasa, 30 September 2014

Evaluasi Diagnostik & Remidi



BAB I
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang
Secara garis besar evaluasi diagnostik dibedakan menjadi dua bagian, yaitu kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk menentukan posisi siswa dalam kelompoknya, yang dalam hal ini mengidentifikasi siswa yang memiliki kesulitan dan kegiatan pembelajaran remidi, yang didalamnya mencangkup pemberian materi kepada kelompok siswa yang benar-benar memiliki kesulitan belajar agar dapat mengejar ketinggalannya dalam belajar.
Evaluasi diagnostik merupakan salah satu fungsi evaluasi yang memerlukan prosedur dan kompetensi yang lebih tinggi dari para guru sebagai evaluator. Evaluasi diagnostik, merupakan evaluasi yang memiliki penekanan khusus pada penyembuhan kesulitan belajar siswa yang tidak terpecahkan pada formula perbaikan yang biasanya ditawarkan dalam bentuk evaluasi formatif. Jika para siswa secara terus-menerus tidak dapat menyerap informasi yang berupa nasihat perbaikan dan masih tetap gagal dalam menerima materi pmbelajaran yang diberikan oleh guru atau masih kesulitan dalam menerima materi pembelajaran seperti membaca, menulis, menghitung atau menguasai mata pelajaran yang lain maka evaluasi diagnostik sebagai langkah akhir yang perlu disiapkan dari seorang evaluator.
Ada dua hal yang perlu diingat oleh para guru dalam melakukan evaluasi diagnostik. Yang pertama penilaian diagnostik pada umumnya jarang digunakan oleh guru untuk menentukan grade. Kedua, semakin baik evaluasi diagnostik dilakukan semakin jelas tujuan belajar dapat ditetapkan.

1.2         Rumusan Masalah
1.2.1        Apa saja faktor penyebab kegagalan pencapaian hasil belajar siswa?
1.2.2        Yang dimaksud dengan teknik remidi secara individual tersebut?
1.2.3        Bagaimana cara organisasi kegiatan remidial?
1.2.4        Bagaimana guru memberikan pengajaran remidi?

1.3         Tujuan
1.3.1        Agar dapat mengetahui faktor penyebab kegagalan pencapaian hasil belajar siswa.
1.3.2        Agar dapat mengetahui teknik remidi secara individual.
1.3.3        Agar dapat mengetahui cara organisasi remidial.
1.3.4        Agar mengetahui cara guru memberikan pengajaran remidi.























BAB II
PEMBAHASAN

2.1         Faktor Penyebab Kegagalan Pencapaian Hasil Belajar
Adapun faktor penyebab kegagalan tercapainya hasil belajar yaitu faktor internal (pribadi siswa) itu sendiri, lingkungan pribadi dan mungkin gabungan dari keduanya yang termasuk kedalam faktor eksternal yang berkaitan dengan siswa antara lain :
1.      Faktor Penyebab Internal
a.   Kesehatan
Kondisi fisik siswa secara umum dapat mempengaruhi kemampuan mencapai suatu tujuan. Pencapaian hasil belajar, pada dasarnya merupakan usaha yang dapat dicapai melalui kerja keras, tekun, dan dilakukan dengan komitmen tinggi. Kurang energi yang disebabkan oleh kondisi fisik yang kurang sehat, dapat menutup kemungkinan siswa dalam mencapai hasil belajar secara maksimal. Selain itu, siswa yang kurang sehat juga tidak bisa mencapai potensi yang sebenarnya. Hal ini termasuk juga dalam beberapa usaha pencapaian tugas yang kompleks yang dituntut oleh sekolah. Kurang sehatnya fisik seorang siswa dapat menyebabkan stamina cepat menurun, cepat lelah sehingga uaha menguasai materi pembelajaran tidak tercapai secara maksimal. Fisik siswa yang kurang sehat dapat dimugkinkan memiliki kaitan dengan beberapa faktor penyebab misalnya, gizi buruk, istirahat kurang, terlalu tegang atau stres, dan bekerja terlalu keras. Yang akan mempengaruhi pada tingginya ketidak hadiran siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, dan dapat menyebabkan rendahnya pencapaian hasil belajar.
Selain itu, salah satu panca indra yang terganggu misalnya, gangguan pengeliatan dan gangguan pendengaran  dapat mempengaruhi rendahnya kemampuan siswa dalam pendidikan.
Kesehatan fisik yang lain juga dapat menjadi penyebab kegagalan siswa adalah koordinasi motorik yang kurang baik, yang dapat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menulis dan berolahraga. Koordinasi motorik yang lemah  juga dapat menjadi penyebab kurangnya kemampuan siswa dalam mengadopsi keterampilan khusus yang diperlukan dalam proses pembelajaran misalnya, berenang, menari dan kegiatan ekstrakulikuler lainnya.

b.   Problem Penyesuaian Diri
Faktor lain yang juga termasuk faktor internal siswa yaitu problem penyesuaian diri. Sumber utama  penyesuaian diri adalah berasal dari dalam diri siswa sendiri. Sebagai contoh, siswa yang mengalami .gangguan emosional, pada umumnya memiliki kesulitan dalam belajar. Menurut Biehler, 1971 (Sukardi, hlm 232) menunjukkan siswa memiliki permasalahan belajar biasanya ditandai dengan adanya beberapa indikator a) Kesiapan belajar yang buruk, b) kesulitan menghadapi tes, c) kemampuan bahasa yang buruk, d) lebih senang mengikuti belajar fisik dan praktis dari pada belajar skolastik dan mental learning, e) penugasan materi yang lambat, dan g) kurang perhatian dalam mengikuti kegiatan sekolah.
Perilaku siswa yang mengalami gangguan emosional, ditandai dengan hal-hal berikut :
1.      Siswa menolak untuk belajar dan hanya ingin melihat atau melakukan yang ia senangi, misalnya menonton acara televisi, bermain dengan teman-temannya, dan menghabiskan waktu untuk kegiatan diluar sekolah.
2.      Siswa menjadi nakal, agresif, dan menyerang siswa lain secara terbuka.
3.      Siswa berpretensi negatif terhadap kegiatan belajar yang diberikan oleh orang tua atau gurunya.
4.      Siswa memindahkan kekerasan dari rumah ke sekolah apabila ia menjadi korban kekerasan orang terdekatnya di rumah dan berusaha menyalurkannya ke teman di kelasnya.
5.      Menolak perintah untuk belajar dan menolak bentuk-bentuk tekanan lain dari orang tua agar belajar lebih baik.
Disini, guru perlu peduli dengan kondisi tersebut, kemudian berusaha membantunya secara dini. Jika problem tersebut tidak dapat dipecahkan dikelas, siswa tersebut bisa direkkomendasikan kepada guru lain yang bertugas sebagai guru bimbingan dan konseling (BK).
2.    Faktor Penyebab Eksternal
Faktor eksternal siswa di antaranya ligkungan di sekitar siswa, seperti teman pergaulan di luar lingkungan sekolah, kondisi lingkungan siswa, dan juga kegiatan siswa di luar sekolah.
a.        Lingkungan
Faktor lingkungan pada umumnya muncul di luar situasi siswa. Faktor ini juga merupakan faktor kesulitan dasar yang tidak mudah untuk diidentifikasi. Problem lingkungan muncul sebaga hasil reaksi atau perubahan dalam diri siswa terhadap keluarga dan lingkungannya, misalnya kondisi orang tua yang tidak harmonis. Penolakan ligkungan terhadap diri siswa juga dapan menjadi problem kesulitan belajar. Siswa kesulitan belajar karena cacat fisik dapat mengakibatkan kehilangan interes intelektual di rumah.
b.        Cara Guru Mengajar Yang Tidak Baik
Guru perlu melakukan perbaikan secara berkala, baik dalam penugasan metode mengajar maupun penugasan materi yang hendak diajarkan.
c.         Orang Tua Siswa
Sumber intelektual lain adalah orang tua yang tidak mau atau mampu menyediakan buku atau fasilitas belajar yang memadai bagi anak-anaknya atau mereka yang tidak mau mengawasi anak-anaknya agar belajar dirumah. Dengan adanya pengawasan, minimal mereka bisa mengetahui ketika anaknya mengalami kesulitan dalam belajar dan juga bisa membantu mengatasi kesulitan belajar yang dialami.
d.        Masyarakat Sekitar
Masyarakat disekitar siswa dapat menjadi sumber masalah, ketika keberadaan masyarakat tidak kondusif terhadap kebutuhan siswa secara individual maupun kelompok. Siswa akan merasa berhasil dan bermanfaat, jika ia dapat merasakan manfaat yang nyata dari hasil belajar di sekolah dengan keadaan di masyarakat, tempat mereka berada. Sebaliknya, siswa tidak akan merasakan hasil belajarnya, jika yang ia pelajari tidak bermanfaat atau memberi pengaruh, baik langsung maupun tidak langsung bagi kehidupan siswa.

2.2         Remidi Secara Individual
Tidak ada teknik dan diasnotik remidial yang berhasil, jika dilakukan tanpa sepengetahuan siswa yang bersangkutan, dalam hubungan antara teknik diasnotik dan remidial dengan kebutuhan mereka. Beberapa siswa yang mengalami kegagalan belajar, pada kasus tertentu mempunyai perasaan tidak pandai. Mereka merasa rendah diri atau inferior bahwa mereka tidak dapat berhasil bahkan ada yang merasa bahwa mereka berbeda dengan siswa lainnya. Beberapa siswa menarik diri dari pergaulan antar siswa, bahkan ada yang benci dan menolak untuk diajak belajar kembali, namun pada sisi lain ada siswa yang merasionalisasi dalam pemikirannya bahwa keberhasilan dalam belajar tidak penting. Perasaan dan sikap yang demikian tidak akan membantu dalam usaha mencapai masa depanya yang cerah. Apabila, hal demikian muncul, maka untuk mengatasinya diperlukan bimbingan konseling, agar mereka tidak jatuh pada rasa frustasi yang bekelanjutan. Tujuan bimbingan konseling dalam kaitannya dengan kesulitan belajar adalah meningkatkan dan menguatkan motivasi mereka untuk bangkit guna mengatasi permasalahan. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah bagaimana seorang guru mengorganisasi pengajaran remidial secara konprehensif?
Jika kesulitan siswa, baik yang bersumber internal maupun eksternal telah diidentifikasikan, selajutnya program rmidi perlu diformulasikan. Jika siswa telah dimotivasi dalam kegiatan belajarnya maka kegiatan remidi ini sebaiknya dilakukan secara individual. Penilaian remidi pun difokuskan pada kebutuan spesifik individual siswa.
Yang perlu diperhatikan oleh seorang guru adalah bahwa tidak semua remidi harus dilakukan dengan cara individual, tetapi bisa juga remidi dilakukan secara berkelompok dengan cara membuat kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 atau 6 siswa yang memiliki problem yang sama. Di samping itu, ada juga kesempatan untuk remidi secara keseluruhan. Ini terjadi, ketika kelemahan dan kesulitan siswa ternyata menyeluruh dalam satu unit satuan pembelajaran. Beberapa contoh yang memungkintan problem remidi menyeluruh, misalnya mata pelajaran matematika.
Dalam hal ini yang penting adalah para guru harus peduli dan menyiapkan setiap satuan pembelajaran dengan latihan soal dan buku kerja yang relevan dengan subtansi pembelajaran. Selain itu, pada situasi ini guru harus tetap mampu mengenal kelebihan dan kekurangan siswa sehingga kesempatan untuk menerapkan teknik remidi individual atau kelompok dapat dilakukan dengan baik.

2.3         Organisasi Kegiatan Remidial
Program remidi yang baik pada prinsipnya perlu didasarkan pada diagnostik awal dan disertai dengan tindak lanjut yang kontinu. Pertama, perlu diadakan pencerahan pada siswa bahwa tujuan khusus program remidi diantaranya adalah mengatasi kesulitan belajar. Ketika kesulitan belajar semakin menumpuk, maka dampak yang muncul adalah remidi pengajaran pun semakin konpleks.
Kedua, guru perlu menilai keberhasilan program remidi yang telah dilakukan. Untuk mencapai tujuan tersebut, guru dimungkinkan pada saat yang diperlukan, mengubah metode dan mengubah materi agar siswa dapat megatasi kesulitan dalam belajarnya. Dalam kenyataannya, tidak semua siswa merespons dengan tingkat keberhasilan yang sama dalam perlakuan remidi yang sama. Oleh karena itu, perlu adanya evaluasi yang kontinu guna menentukan perkembangan dan prosedur yang hendak dilakukan dimasa mendatang.
Ketiga, evaluasi remidi memiliki arti penting bagi orang-orang terekat siswa. Oleh karena itu, perlu diberikan informasi kepada siswa dan orang tua  mengenai perkembangan belajarnya. Dengan mengakui pencapaian hasil belajar dan tetap mendorong untuk terus belajar, motivasi belajar siswa diharapkan dapat meningkat, ketika siswa mengetahui hasil usaha belajar yang telah diikuti. Pada kegiatan remidi ini, para guru perlu memperhatikan satu prinsip penting, yaitu semakin kurang kematangan siswa, semakin penting hasil remidi diterapkan dengan cara memberikan gambaran nyata, baik dengan grafik atau diagram lainnya yang relevan.
Untuk guru sekolah dasar, biasanya masih bisa diberikan tanggung jawab tambahan, berupa melaksanakan program diagnostik dan remidi, sedangkan untuk sekolah lanjutan, guru bimbingan konseling yang dapat diberdayakan secara intensif.

2.4         Memberikan Pengajaran Remidi
Guru merupakan ujung tombak dalam mengubah sikap siswa dari menarik diri atau antipati belajar menjadi bergairah dalam mencapai tujuan belajar. Para siswa yang mengalami permasalahan belajar harus diberi pemahaman dalam bentuk program-program yang direncanakan dalam bentuk kegiatan remidi. Mereka yang mempunyai problem diidentifikasi da dipilih untuk kemudian diberi penjelasan secara intensif. Langkah berikutnya, materi belajar yang menjadikan problem diungkapkan kembali dengan soal dan latihan yang mendukung terealisasinya pencapaian hasil belajar. Para siswa juga perlu diberikan pekerjaan rumah, karena memang kadang ada siswa yang ternyata bisa mengerjkan dengan baik apabila diberi waktu tambahan. Di samping itu, para guru tetap secara intensif memotivasi siswa untuk terus belajar.
Tingkat awal remidi adalah membangun kembali keyakinan dalam diri siswa. Remidi yang baik pada umumnya mempunyai semua atribut menyajar yang baik, ditambah dengan contoh soal yang bisa digunakan untuk lebih memahami dan menguasai materi pembelajaran. Siswa diharapkan terus mengembangkan keyakinan, ketika ia memiliki pengalaman dan merasakan usaha mereka berhasil. Oleh karena itu, juga perlu seorang guru mengetahui dimana kekuatan dan kelemahan siswa. Kekuatan yang ada digunakan untuk mengatasi kelemahan dan usaha tersebut untuk mencapai tingkat pencapaian hasil belajar.
Hal itu semua akan membantu siswa manakala perkembangan positif dan nyata diberitahukan dan keberhasilan yang dicapai dihargai. Alat bantu berupa grafik, bagan, dan gambar dapat digunakan untuk memotivasi para siswa dalam menguatkan motivasi mereka.  Alat-alat bantu tersebut harus disesuaikan dengan tingkat kematangan siswa. Dengan alat-alat bantu remidi, siswa dapat melihat peningkatan kerjanya. Ketika siswa berkompetisi dengan dirinya sendiri, guru dapat membantu dan mendorong semangatnya sehiangga ia dapat dengan lebih baik mencatat pengalaman masa lalu dengan pencapaian hasil belajar sekarang.
Untuk tetap termotivasi dan interes untuk belajar, maka program remidi harus selalu ditekankan, tindakan monoton dan tanpa usaha perlu dihindari. Oleh karea itu, pendekatan mengajar yang variatif perlu diperhatikan oleh guru yang memberikan program remidi. Pendekatan yang variatif, relefan, dan menyenangkan pada prinsipnya sangat sesuai dengan prinsip pembelajaran kontekstual, bisa mencegah ketegangan mental siswa dan merangsang untuk melakukan pengembangan diri dalam belajar. Mata pelajaran yang meliki nilai motivasi tinggi perlu selalu dicari untuk dikembangkan guna mengatasi permasalahan belajar. Jika siswa dapat membantu perencanaan program guru, misalnya melalui pilihan materi pembelajaran, prosedur yang lebih mudah dipahami, siswa akan merasa meruntung. Jika keterlibatan siswa dalam program remidi dapat terealusasi, impikasi perencanaan bersama tersebut akan dapat membangkitkan interes dasar mereka dan membangkitkan kepercayaan diri mereka untuk berhasil.
Minat siswa akan menyusut dan berkurang jika ia didorong terlalu keras dalam program remidi. Oleh karena itu, guru perlu, suatu ketika memberikan ijin untuk mengambil tes yang telah di rencanakan, dan membantu mereka dalam menganalisis hasilnya.  Seorang guru juga perlu memberikan dorongan berupa pujian ketika siswa berhasil memperbaiki peningkatan nilai setelah mereka mengikuti program remidi. Untuk menghindari turunnya minat siswa, kegiatan remidi seyogyanya tidak dijadwalkan secara fleksibel untuk mencegah terjadinya konflik dengan kegiatan siswa lain dalam kelas yang diikutinya.























BAB III
PENUTUP

3.1         Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa :
Fungsi diagnostik yaitu untuk mencari dan menentukan penyebab problem yang dialami oleh siswa dalam proses pembelajaran yang kemudian diikuti dengan pemberian formulasi solusi atau tindakan remidial.
Ada sebagian guru tidak menyadari bahwa kemampuan siswa dalam proses pembelajaran bervariasi. Hal ini terjadi karena sistem pengajaran secara faktual diberikan secara bersamaan dalam satu kelas. Guru mengajar siswa dengan cara dikelompokkan dalam satu kelas, dengan asumsi mereka memiliki kelompok umur sama, pengetahuan sama, kecepatan menerima materi pembelajaran sama, dan siswa dianggap sebagai subjek didik yang pada prinsipnya memiliki kesiapan belajar yang sama.
Remidi merupakan kegiatan pengajaran yang tepat diterapkan, hanya ketika kesulitan dasar para siswa telah diketahui. Kegiatan remidi merupakan tindakan korektif yang diberikan kepada siswa setelah evaluasi diagnostik dilakukan. Remidi yang dilaksanakan bertujuan membantu siswa secara terencana agar siswa dapat mencapai hasil belajar yang lebih baik.
Untuk menentukan kelemahan dan kelebihan siswa, seorang guru perlu memiliki pengetahuan tentang prinsip-prinsip ketwerampilan diagnostik. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan munculnya kesulitan belajar yang dibedakan menjadi dua yaitu faktor internal dan eksternal.
Dalam hal remidial ada tiga hal penting yang perlu di perhatikan yaitu a) para siswa yang mengalami permasalahan belajar harus diberi pemahaman dalam bentuk program-program yang direncanakan dalam bentuk kegiatan remidi, b) mereka yang mempunyai problem diidentifikasi dan dipilih kemudian diberi penjelasan secara intensif, dan c) materi ajar yang menjadi problem diungkapkan kembali dengan memberi soal dan latihan yang mendukung tercapainya hasil belajar.

DAFTAR PUSTAKA

Supriadi. 2008. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Sugivarbini. 2012. Evaluasi Diagnostik dan Remidi. Tersedia pada http://sugithewae.wordpress.com. Diakses tanggal 1 Desember 2013.
Kirom Nuzul. 2009. Optimalisasi Proses Pembelajaran dan Remidi. Tersedia pada http://gembelfun.blogspot.com. Diakses taggal 1 Desember 2013.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar