BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Segala sesuatu yang terjadi di sekitar kita atau dilingkungan kita akan
menjadib suatu informasi atau pengetahuan bahkan akan menjadi bagian dari
pengalaman hidup kita. Pengetahuan itu bisa dapat berupa pengetahuan fakta (konkret). Pengetahuan dan pengalaman
tersebut dapat nantinya dijadikan suatu informasi dalam kehidupan kita.
Pengetahuan secara umum dapat diartikan sebagai suatu hal yang di ketahui
namun, pengetahuan yang dalam bahasa
Inggris disebut “knowledge” yang artinya
suatu pengalaman atau suatu hal yang diketahui dan dipahami oleh seseorang.
Jadi pengetahuan dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang diketahui
atau segala sesuatu yang berkenaan dengan suatu hal. Ilmu dalam hal sebagai
ilmu pengetahuan berbeda dengan pengetahuan, yang dimana ilmu pengetahuan
mempunyai makna yang luas dan menuntut teknik dan keterampilan berpikir.
Pengetahuan mempunyai beberapa sumber, maka dari itu perlu diketahui apa
saja sumber-sumber pengetahuan tersebut.
1.2
Rumusan Masalah
1.2.1
Apa saja sumber-sumber
pengetahuan tersebut?
1.3
Tujuan
1.3.1
Agar dapat mengetahui
sumber-sumber pengetahuan tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Sumber-sumber Pengetahuan
Banyak hal yang dapat diperoleh dalam kehidupan sehari-hari salah satunya
adalah pengetahuan atau informasi yang berfungsi sebagai penambah wawasan
manusia. Wawasan yang dimaksud berkaitan dengan masalah-masalah nyata yang ada
dalam kehidupan sehari-hari (the real
problems). Persoalan tersebut mempunyai berbagai tipe dan berasal dari
sumber-sumber yang berbeda. Untuk itu diperlukan pengetahuan, pengalaman, dan
keterampilan dalam memecahkan masalah tersebut. Dan untuk memecahkan
masalah-masalah tersebut diperlukan sumber-sumber pengetahuan yang berbeda
diantaranya berasal dari pengalaman hidup sehari-hari (experience), pengetahuan dari seseorang yang memiliki kewenangan (authority), pengetahuan yang diperoleh
dari hasil berfikir deduktif (deductive
thinking), pengetahuan yang didasarkan dari berpikir induktif (induktive thinking) dan pendekatan ilmiah
(scientific approach).
Secara lebih mendalaman sumber-sumber pengetahuan dapat dideskripsikan
sebagai berikut :
2.1.1
Pengalaman (Experience)
Setiap orang mempunyai pengalaman pribadi yang berbeda-beda. Kadang kala
dengan berbekal pengalaman pribadi atau pengalaman yang diperoleh melalui
interaksi dengan orang lain, seseorang dapat memperoleh manfaat darinya.
Dengan demikian tidak semua bentuk pengalaman sesuai untuk mengatasi
masalah yang kita hadapi. Pemecahan melalui pengalaman pribadi ini memiliki
keterbatasan-keterbatasan. Itu dikarenakan karena pengalaman pribadi seseorang
berbeda-beda. Walaupun objeknya sama ada kemungkinan hal yang diamati atau yang
dialami itu berbeda. Misalnya, dalam pelajaran tembang seseorang yang suaranya
bagus bisa saja mekidung dengan suara yang indah namun belum tentu intonasinya
tepat. Ia akan bisa mekidung dengan intonasi yang tepat setelah ia belajar
dengan orang yang lebih ahli dibidangnya.
2.1.2
Kewenangan (Authority)
Wewenang atau otoritas dimiliki oleh seseorang yang sudah memiliki
keahlian dalam bidang tertentu. Wewenang ini sering juga dipakai sebagai
pegangan oleh seseorang dalam suatu usaha memecahkan persoalan-persoalan yang
dihadapi. Misalnya, masalah perbankan yang hanya dipahami oleh orang-orang yang
telah mempelajari dan banyak berkecimpung dalam bidang tersebut.
Masalah-masalah yang menyangkut atau berhubungan dengan kewenangan, misalnya terjadi kolusi
dan kolusi di sebuah bank atau perusahaan sering kali mengundang perhatian
publik. Hal tersebut perlu pembuktian oleh akuntan.
Jika menemui masalah seperti itu sering kali kita meminta pendapat dari
para ekonom dan moneter.
2.1.3
Berpikir Deduktif (Deduktive Thinking)
Berpikir deduktif merupakan proses berpikir yang didasarkan pada
pernyataan-pernyataan yang bersifat umum ke hal-hal yang bersifat khusus dengan
menggunakan logika tertentu. Cara berpikir ini dilandasi dengan suatu sistem
penyusunan fakta yang sudah diketahui lebih dahulu untuk sampai pada kesimpulan
yang benar. Dasar-dasar berpikir yang dipakai oleh pendekatan ini dilakukan
melalui serangkaian pernyataan yang
bertolak dari tiga hal ketiga dasar berpikir tersebut meliputi :
1.
Dasar Pikiran Utama (premis
mayor)
Pernyataan yang bersifat umum dan universal, dikarenakan setiap pernyataan
(statement) yang diungkapkan
mengandung kebenaran umum dan berlaku secara unuversal.
2.
Dasar Pikiran Kedua (premis
minor)
Dasar pemikiran kedua mengandung pernyataan yang lebih khusus yang
merupakan bagian dari premis utama. Kebenaran premis kedua sangat tergantung
pada dan menjadi bagian dari premis utamanya. Premis kedua menjadi data
pendukung unuk menyatakan kebenaran premis utama.
3.
Kesimpulan (deduksi)
Kesimpulan dibuat bedasarkan kebenaran-kebenaran yang
dinyatakan dalam premis-premis baik mayor maupun minor. Apabila premis dan
mayor saling mendukung, dimana premis minor menjadi bagian-bagian atau hal-hal
khususnya yang mendukung kebenaran premis sebelumnya, maka ad hubungan yang
sejalan. Hubungan antara premis mayor dan premis minor secara konsisten dapat
mendukung kesimpulan yang dibuat. Kita tidak dapat membuat kesimpulan yang
tepat, apabila premis utama dan premis kedua tidak saling berhubungan.
Dalam cara berfikir deduktif apa bila dasar pikirannya benar maka kesimpulan
yang dibuat benar.
Contoh :
1.
Premis mayor, aksara vyanjana
terdiri dari 5 bagian
2.
Premis minor, kanthya
termasuk di dalamnya
3.
Kesimpulan, warga
kanthya termasuk salah satu bagian dari aksara wianjana.
Pernyataan dalam premis utama benar
bahwa, kanthya merupakan bagian dari aksara vyanjana , bukan sebaliknya aksara
vynajana merupakan bagian dari kanthya. Pernyataan bahwa kanthya bagian dari
aksara wianjana benar. Dengan demikin pernyataan baik pada premis mayor maupun
minornya benar, maka kita dapat menyimpulkan kedua premis. Kesimpulan akan
menjadi salah apabila kanthya bukan merupakan bagian dari aksara vianjana,
melainkan aksara vianjana yang merupakan bagian dari kanthya.
Berdasarkan contoh diatas jelas
bahwa untuk sampai kesimpulan yang benar, maka pada proses berfikir eduktif ini
harus didasari pikiran-pikiran yang benar. Namun demikian, tidak semua satu
masalah didekati dengan cara diatas kaen sulitnya menetukan kebenaran universal.
2.1.4
Berfikir Induktif (induktive thinking)
Berfikir induktif, yaitu berfikir dimulai dari hal-hal khusus untuk
kemudian ditarik menjadi kesimpulan. Dalam berfikir induktif seseorang harus
melakukan pengamatan atau observasi sendiri, mencari fakta-fakta untuk mencapai
generalisasi. Dalam cara berfikir induktif kesimpulan akan tercapai dengan
mengamati contoh-contoh fakta-fakta, gejala-gejala atau obyeknya. Induktif
sempurna dicapai dengan cara mengamati semua contoh-contoh yang dijadikan obyek
penyelidikan namun, orang hanya
mengamati sebagian kecil saja. Oleh sebab itu, keimpulan yang dicapai
dikatakan sebagai induksi tak sempurna.
Contoh1, induktif tak sempurna atau salah apabila proposisi yang
dikemukakan sebagai berikut:
Proposisi:
1.
Semua pupuh memiliki
padalingsa
2.
Kidung dan pupuh
merupakan contoh tembang
3.
Kidung memiliki
padalingsa
Kesimplan diatas salah, karena
pupuh dan kidung walaupun keduanya adalah bagian dari tembang, tidak Saling
berhubungan karena kidung tidak mempunyai padalingsa.
Agar dapat suatu kesimpulan yang
baik dan sempurna fakta-fakta khusus yang diamati dan dikumpulkan benar-benar
ada keterkaitan. Fakta-fakta khusus ini menjadi data pendukung agar sampai pada
pengambilan kesimulan yang benar. Agar kesimpulannya benar, maka proposisinya
diungkapkan secara benar pula.
Contoh 2, proposisi dan kesimpulan
yang benar sebagai berikut:
Contoh (a)
1.
Pupuh adalah bagian
dari tembang
2.
Kidung adalah bagian
dari tembang
3.
Oleh sebab itu, pupuh
dan kidung adalah bagiann dari tembang.
Contoh (b)
1.
Pupuh adalah bagian
dari tembang
2.
Pada umumnya pupuh
diatur oleh padalingsa
3.
Oleh sebab itu, alam
pembuatan pupuh harus mengikuti aturan padalingsa
Contoh (c)
1.
Purwakaning dan ida ratu
merupakan contoh kidung
2.
Kidung tersebut
merupakan bagian dari wargasari
3.
Oleh sebab itu, purwa
kaning dan ida ratu adalah kidung warga sari
Kesimpulan-kesimpulan tersebut
benar adanya karena antara fakta-fakta yang disimpulkanmenjadi dasar untuk
menentukan kesimpulan. Hal ini berbeda dengan contoh 1, dimana antara fakta dan
kesimpulan tidak ada relefansinya dan bahkan antara premis yang stu dengan yang
lainnya tidak saling berkaitan. Dalam artian antara premis mayor dan minor
tidak memiliki hubugan yang relefan atau saling mendukung. Dengan demikian,
kesimpulan yang diambil menjadi tidak benar.
Berbeda dengan contoh 2, dimana
premis mayor dan minor sama-sama benar, sehingga kesimpulan yang ditarik
menjadi benar. Berdasarkan contoh sebelumnya, agar sampai pada suatu kesimpulan
yang benar, seseorang has melakukan suatu pengamatan atau penyelidikan dari
suatu fakta, gejala, dan obyek yang akan menjadi hasil kesimpulannya.
2.1.5
Berfikir Ilmiah (Scientific
Thinking)
Proses berfikir ilmiah adalah proses melakukan penalaran (reasoning) terhadap suatu hal sesuai
dengan prosedur ilmiah. Sesuatu disebut ilmiah apabila bisa ditagkap dengan
rasio (pikir). Dimana, sesuatu dikatakan rasional apabila dapat diterima oleh
akal. Artinya, menurut pertimbangan-pertimbangan akal atau pikiran sehat.
Apabila seseorang menghadapi masalah maka untuk memechkan atau mengatasi
masalah itudengan menggunakan berbagai cara, slah satunya dengan mengunakan
pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah ini, dalam penelitian, biasanya dilukiskan
sebagai suatu proses dimana penelitian atau penyidikan ecara induktif melakukan
pengamatan, kemudian ia menyusun (jawaban tentatif).
Pendekatan ilmiah menuntut langkah-langkah secara sistemati,
obyektif, terukur, teramati (empiris) dan analisi yang kita identifikasi
sebagai ciri-ciri pendekatan ilmiah. Dalam pemecahan masalah para ilmuwan,
termasuk para pendidik, sering membuat kesimpulan didasarkan pada kombinasi
pemecahan masalah secara indukti dan deduktif yang disebut dengan pendekatan
induktif-deduktif. Kombinasi pemecahan masalah secara induktif deduktif ini
sering disebut dengan penekatan ilmiah.
Dengan pendekatan ilmiah, kita memikirkan apa yang akan
terjadi apabila hipotesis benar, kemudian kita melakukan pengamatan secara
sistematis atau mengumpulkan data dan kemudian melakukan analisis data. Atas
dasar analisis inilah kita dapat membuat keputusan untuk menerima atau menolak
hipotesis. Berdasarkan keputusan itulah kita menolak hipotesis. Berdasarkan
keputusan itu juga kita membuat suatu kesimpulan. Artinya kesimpulan dibuat
atau diambil berdasarkan hasil keputusan apakah menerima atau menolak hipotesis
penelitian.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Pengetahuan secara umum dapat
diartikan sebagai suatu hal yang di ketahui namun, pengetahuan yang dalam bahasa Inggris disebut “knowledge” yang artinya suatu pengalaman atau suatu hal yang
diketahui dan dipahami oleh seseorang.
Ilmu pengetahuan tidak dapat
disamakan dengan pengetahuan dikarenakan ilmu pengetahuan mempunyai makna luas
dan menuntut teknik dan keterampilan berpikir. Dimana ilmu pengetahuan
merupakan suatu usaha manusia yang dilakukan secara terus menerus dan mendalam
dengan menggunakan metode berpikir tertentu.
Pengetahuan mumpunyai beberapa
sumber diantaranya :
1. Pengalaman (experience)
2. Kewenangan (authority)
3. Berpikir Deduktif (deduktive
thinking)
4. Berpikir Induktif (induktive
thinking)
5. Berpikir Ilmiah (scientific
thinking)
DAFTAR PUSTAKA
Setyosari Punaji. 2010.
Metode Penelitian Pendidikan dan
Pengembangan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
|
|