Minggu, 05 Oktober 2014

KUMPULAN PENGERTIAN YOGA DI AMBIL DARI BEBERAPA SITUS DAN BLOG



PENGERTIAN YOGA

Istilah ‘yoga’ ( bahasa Sansekerta) berasal dari akar kata ‘yuj’ berarti ‘menghubungkan’. Dalam konteksnya yoga dimaknai sebagai persatuan spirit individu (jivatman) dengan Spirit Universal (Paramatman). (suryateja : 2014)
Pengertian ini dipahami dalam konteks sistem filsafat Vedanta. Sementara Bhagavad-gita mendefinisikan ‘yoga’ sebagai suatu keadaan yang bebas dari penderitaan dan kesedihan
Yoga (Aksara Dewanagari योग) dari bahasa Sanskerta (योग) berarti "penyatuan", yang bermakna "penyatuan dengan alam" atau "penyatuan dengan Sang Pencipta". Yoga merupakan salah satu dari enam ajaran dalam filsafat Hindu, yang menitikberatkan pada aktivitas meditasi atau tapa di mana seseorang memusatkan seluruh pikiran untuk mengontrol panca inderanya dan tubuhnya secara keseluruhan. (wikipedia.com)
Berasal dari akar kata yuj, mengikat bersama, yoga berarti mengikat kekuatan psikik (mental) seseorang, menyeimbangkan dan menguatkannya. Yoga dipakai di dalam demikian banyak pengertian, akan tetapi maknanya berarti baik jalan maupun tujuan yang hendak dicapai, sama seperti kata dhamma di dalam Buddhisme (bahasa Palawa untuk dharma). (sudana-nuse: 2012)
Kata yoga berasal dari akar kata yang sama dari bahasa Inggris yoke. Istilah yoke terbagi artinya menjadi dua bagian, yang pertama mempersatukan (yoke together), dan yang kedua: melakukan disiplin atau berlatih (to bring under the yoke, take my yoke upon you). Jika dirumuskan secara umum, yoga adalah suatu metode latihan yang direncanakan untuk mencapai integritas atau keutuhan.
Pendapat lain menyebutkan, kata yoga berasal dari kata yuj, yang berarti hubungan, hubungan antara roh yang pribadi dan roh yang universal yaitu yang tidak berpribadi. Tetapi Rsi Patanjali mengartikan “Cittawwriti Nirodhah,” yaitu pengendalian gerakan pikiran dalam alam pikiran.
Secara umum pengertian yoga yaitu pengendalian diri serta disiplin dalam pemikiran (citta) merupakan hasil pertama dalam prakerti, untuk mendapatkan kebahagiaan yang dapat dirasakan oleh diri sendiri, kesadaran dalam kehidupan sehari-hari yang akan menemukan kesadaran sucinya.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, yoga bermakna sistem filsafat Hindu yang bertujuan mengheningkan pikiran, bertafakur dan menguasai diri. Sebenarnya ajaran ini merupakan suatu sistem latihan dengan penuh kesungguhan untuk membersihkan, mempertinggi dan memperdalam nilai-nilai kerohanian dalam mendekatkan diri dengan Tuhan (Brahman), Sehingga dengan cara itu segala konsentrasi selalu tertuju kepada-Nya. Dijelaskan juga bahwa yoga merupakan sistem ajaran gaib yang diperkembangkan Hinduisme dengan maksud membebaskan orang dari dunia khayalan seperti yang dipahami dengan panca indera. Pembebasan ini sukar dan mungkin memerlukan beberapa kehidupan yang berulang-ulang. (Referensi Makalah : 2013)
Yoga yang  secara harfiah berasal dari suku kata “yuj” yang dapat juga diartikan sebagai  menyatukan atau menghubungkan diri dengan Tuhan. Kemudian Patanjali memberikan definisi tentang yoga yaitu mengendalikan gerak-gerak pikiran. Ada dua hal yang penting sebagai seorang praktisi yoga adalah melatih secara terus menerus sekaligus tidak terikat dengan hal-hal duniawi. Secara spiritual Yoga merupakan suatu proses di mana identitas jiwa individual dan jiwa Hyang Agung disadari oleh seorang yogi, Yogi adalah orang yang menjalani yoga, orang yang telah mencapai persatuan dengan Hyang Agung. (Putri Astini : 2012)
Hampir sama dengan pengertian-pengertian yang lain. Yoga (G’they Nova : 2012) merupakan penghubungan atau pengaitan dengan Tuhan yang Maha Tunggal. Gagasan tentang yoga bertolak dari adanya satuan – satuan individu yang sadar dan biasanya terkenal sebagai “diri rendah”, “diri sejati”, dan “jiwa” yang umumnya berhasrat untuk dihubungkan dengan Tuhan yang Maha Esa dan tak terhingga. Perpisahan diri sejati bersifat sementara dan disebabkan oleh ketidak tahuan atau Avidya.
Jadi berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa secara garis besar yoga berasal dari bahasa sansekerta yaitu yuj yang dalam bahasa Inggris di sebut yoke yang artinya menghubungkan diri atau meyatukan diri dengan Tuhan. Melalui disiplin diri dengan cara melatih dan mengendalikan pikiran lewat beberapa gerakan. Sehingga kita dapat terlepas dengan ikatan keduniawian.


DAFTAR PUSTAKA

Astini, Putri. 2012. Makalah Yoga. Tersedia pada http://putriastini.wordpress.com. Diakses pada tanggal 4 September 2014.
Makalah, Referensi. 2013. Pengertian Yoga. Tersedia pada http://www.referensimakalah.com. Diakses pada tanggal 4 September 2014.
Nuse, Sedana. 2012. Pengertian Yoga. Tersedia pada http://sudana-nuse.blogspot.com. Diakses pada tanggal 4 September 2014.
Nova, Gthey. 2012. Astangga Yoga. Tersedia pada http://gtheynova.wordpress.com. Diakses pada tanggal 4 September 2014.
Teja, surya. 2014. Pemahaman Yoga. Tersedia pada : http://www.tejasurya.com. Diakses pada tanggal 4 September 2014.

Selasa, 30 September 2014

METODELOGI PENELITIAN PENDIDIKAN (SUMBER-SUMBER PENGETAHUAN)



BAB I
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang
Segala sesuatu yang terjadi di sekitar kita atau dilingkungan kita akan menjadib suatu informasi atau pengetahuan bahkan akan menjadi bagian dari pengalaman hidup kita. Pengetahuan itu bisa dapat berupa pengetahuan fakta (konkret). Pengetahuan dan pengalaman tersebut dapat nantinya dijadikan suatu informasi dalam kehidupan kita.
Pengetahuan secara umum dapat diartikan sebagai suatu hal yang di ketahui namun, pengetahuan yang dalam bahasa Inggris disebut “knowledge” yang artinya suatu pengalaman atau suatu hal yang diketahui dan dipahami oleh seseorang.
Jadi pengetahuan dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang diketahui atau segala sesuatu yang berkenaan dengan suatu hal. Ilmu dalam hal sebagai ilmu pengetahuan berbeda dengan pengetahuan, yang dimana ilmu pengetahuan mempunyai makna yang luas dan menuntut teknik dan keterampilan berpikir.
Pengetahuan mempunyai beberapa sumber, maka dari itu perlu diketahui apa saja sumber-sumber pengetahuan tersebut.

1.2         Rumusan Masalah
1.2.1        Apa saja sumber-sumber pengetahuan tersebut?

1.3         Tujuan
1.3.1        Agar dapat mengetahui sumber-sumber pengetahuan tersebut.






BAB II
PEMBAHASAN

2.1         Sumber-sumber Pengetahuan
Banyak hal yang dapat diperoleh dalam kehidupan sehari-hari salah satunya adalah pengetahuan atau informasi yang berfungsi sebagai penambah wawasan manusia. Wawasan yang dimaksud berkaitan dengan masalah-masalah nyata yang ada dalam kehidupan sehari-hari (the real problems). Persoalan tersebut mempunyai berbagai tipe dan berasal dari sumber-sumber yang berbeda. Untuk itu diperlukan pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan dalam memecahkan masalah tersebut. Dan untuk memecahkan masalah-masalah tersebut diperlukan sumber-sumber pengetahuan yang berbeda diantaranya berasal dari pengalaman hidup sehari-hari (experience), pengetahuan dari seseorang yang memiliki kewenangan (authority), pengetahuan yang diperoleh dari hasil berfikir deduktif (deductive thinking), pengetahuan yang didasarkan dari berpikir induktif (induktive thinking) dan pendekatan ilmiah (scientific approach).
Secara lebih mendalaman sumber-sumber pengetahuan dapat dideskripsikan sebagai berikut :
2.1.1   Pengalaman (Experience)
Setiap orang mempunyai pengalaman pribadi yang berbeda-beda. Kadang kala dengan berbekal pengalaman pribadi atau pengalaman yang diperoleh melalui interaksi dengan orang lain, seseorang dapat memperoleh manfaat darinya.
Dengan demikian tidak semua bentuk pengalaman sesuai untuk mengatasi masalah yang kita hadapi. Pemecahan melalui pengalaman pribadi ini memiliki keterbatasan-keterbatasan. Itu dikarenakan karena pengalaman pribadi seseorang berbeda-beda. Walaupun objeknya sama ada kemungkinan hal yang diamati atau yang dialami itu berbeda. Misalnya, dalam pelajaran tembang seseorang yang suaranya bagus bisa saja mekidung dengan suara yang indah namun belum tentu intonasinya tepat. Ia akan bisa mekidung dengan intonasi yang tepat setelah ia belajar dengan orang yang lebih ahli dibidangnya.

2.1.2   Kewenangan (Authority)
Wewenang atau otoritas dimiliki oleh seseorang yang sudah memiliki keahlian dalam bidang tertentu. Wewenang ini sering juga dipakai sebagai pegangan oleh seseorang dalam suatu usaha memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi. Misalnya, masalah perbankan yang hanya dipahami oleh orang-orang yang telah mempelajari dan banyak berkecimpung dalam bidang tersebut. Masalah-masalah yang menyangkut atau berhubungan  dengan kewenangan, misalnya terjadi kolusi dan kolusi di sebuah bank atau perusahaan sering kali mengundang perhatian publik. Hal tersebut perlu pembuktian oleh akuntan.
Jika menemui masalah seperti itu sering kali kita meminta pendapat dari para ekonom dan moneter.

2.1.3   Berpikir Deduktif (Deduktive Thinking)
Berpikir deduktif merupakan proses berpikir yang didasarkan pada pernyataan-pernyataan yang bersifat umum ke hal-hal yang bersifat khusus dengan menggunakan logika tertentu. Cara berpikir ini dilandasi dengan suatu sistem penyusunan fakta yang sudah diketahui lebih dahulu untuk sampai pada kesimpulan yang benar. Dasar-dasar berpikir yang dipakai oleh pendekatan ini dilakukan melalui  serangkaian pernyataan yang bertolak dari tiga hal ketiga dasar berpikir tersebut meliputi :
1.             Dasar Pikiran Utama (premis mayor)
Pernyataan yang bersifat umum dan universal, dikarenakan setiap pernyataan (statement) yang diungkapkan mengandung kebenaran umum dan berlaku secara unuversal.


2.             Dasar Pikiran Kedua (premis minor)
Dasar pemikiran kedua mengandung pernyataan yang lebih khusus yang merupakan bagian dari premis utama. Kebenaran premis kedua sangat tergantung pada dan menjadi bagian dari premis utamanya. Premis kedua menjadi data pendukung unuk menyatakan kebenaran premis utama.
3.              Kesimpulan (deduksi)
Kesimpulan dibuat bedasarkan kebenaran-kebenaran yang dinyatakan dalam premis-premis baik mayor maupun minor. Apabila premis dan mayor saling mendukung, dimana premis minor menjadi bagian-bagian atau hal-hal khususnya yang mendukung kebenaran premis sebelumnya, maka ad hubungan yang sejalan. Hubungan antara premis mayor dan premis minor secara konsisten dapat mendukung kesimpulan yang dibuat. Kita tidak dapat membuat kesimpulan yang tepat, apabila premis utama dan premis kedua tidak saling berhubungan.

Dalam cara berfikir deduktif apa bila dasar pikirannya benar maka kesimpulan yang dibuat benar.
Contoh :
1.      Premis mayor, aksara vyanjana terdiri dari 5 bagian
2.      Premis minor, kanthya termasuk di dalamnya
3.      Kesimpulan, warga kanthya termasuk salah satu bagian dari aksara wianjana.
Pernyataan dalam premis utama benar bahwa, kanthya merupakan bagian dari aksara vyanjana , bukan sebaliknya aksara vynajana merupakan bagian dari kanthya. Pernyataan bahwa kanthya bagian dari aksara wianjana benar. Dengan demikin pernyataan baik pada premis mayor maupun minornya benar, maka kita dapat menyimpulkan kedua premis. Kesimpulan akan menjadi salah apabila kanthya bukan merupakan bagian dari aksara vianjana, melainkan aksara vianjana yang merupakan bagian dari kanthya.
Berdasarkan contoh diatas jelas bahwa untuk sampai kesimpulan yang benar, maka pada proses berfikir eduktif ini harus didasari pikiran-pikiran yang benar. Namun demikian, tidak semua satu masalah didekati dengan cara diatas kaen sulitnya menetukan kebenaran universal.

2.1.4    Berfikir Induktif (induktive thinking)
Berfikir induktif, yaitu berfikir dimulai dari hal-hal khusus untuk kemudian ditarik menjadi kesimpulan. Dalam berfikir induktif seseorang harus melakukan pengamatan atau observasi sendiri, mencari fakta-fakta untuk mencapai generalisasi. Dalam cara berfikir induktif kesimpulan akan tercapai dengan mengamati contoh-contoh fakta-fakta, gejala-gejala atau obyeknya. Induktif sempurna dicapai dengan cara mengamati semua contoh-contoh yang dijadikan obyek penyelidikan namun, orang hanya  mengamati sebagian kecil saja. Oleh sebab itu, keimpulan yang dicapai dikatakan sebagai induksi tak sempurna.
Contoh1, induktif tak sempurna atau salah apabila proposisi yang dikemukakan sebagai berikut:
Proposisi:
1.      Semua pupuh memiliki padalingsa
2.      Kidung dan pupuh merupakan contoh tembang
3.      Kidung memiliki padalingsa
Kesimplan diatas salah, karena pupuh dan kidung walaupun keduanya adalah bagian dari tembang, tidak Saling berhubungan karena kidung tidak mempunyai padalingsa.
Agar dapat suatu kesimpulan yang baik dan sempurna fakta-fakta khusus yang diamati dan dikumpulkan benar-benar ada keterkaitan. Fakta-fakta khusus ini menjadi data pendukung agar sampai pada pengambilan kesimulan yang benar. Agar kesimpulannya benar, maka proposisinya diungkapkan secara benar pula.
Contoh 2, proposisi dan kesimpulan yang benar sebagai berikut:
Contoh (a)
1.      Pupuh adalah bagian dari tembang
2.      Kidung adalah bagian dari tembang
3.      Oleh sebab itu, pupuh dan kidung adalah bagiann dari tembang.
Contoh (b)
1.      Pupuh adalah bagian dari tembang
2.      Pada umumnya pupuh diatur oleh padalingsa
3.      Oleh sebab itu, alam pembuatan pupuh harus mengikuti aturan padalingsa
Contoh (c)
1.      Purwakaning dan ida ratu merupakan contoh kidung
2.      Kidung tersebut merupakan bagian dari wargasari
3.      Oleh sebab itu, purwa kaning dan ida ratu adalah kidung warga sari
Kesimpulan-kesimpulan tersebut benar adanya karena antara fakta-fakta yang disimpulkanmenjadi dasar untuk menentukan kesimpulan. Hal ini berbeda dengan contoh 1, dimana antara fakta dan kesimpulan tidak ada relefansinya dan bahkan antara premis yang stu dengan yang lainnya tidak saling berkaitan. Dalam artian antara premis mayor dan minor tidak memiliki hubugan yang relefan atau saling mendukung. Dengan demikian, kesimpulan yang diambil menjadi tidak benar.
Berbeda dengan contoh 2, dimana premis mayor dan minor sama-sama benar, sehingga kesimpulan yang ditarik menjadi benar. Berdasarkan contoh sebelumnya, agar sampai pada suatu kesimpulan yang benar, seseorang has melakukan suatu pengamatan atau penyelidikan dari suatu fakta, gejala, dan obyek yang akan menjadi hasil kesimpulannya.
2.1.5   Berfikir Ilmiah (Scientific Thinking)
Proses berfikir ilmiah adalah proses melakukan penalaran (reasoning) terhadap suatu hal sesuai dengan prosedur ilmiah. Sesuatu disebut ilmiah apabila bisa ditagkap dengan rasio (pikir). Dimana, sesuatu dikatakan rasional apabila dapat diterima oleh akal. Artinya, menurut pertimbangan-pertimbangan akal atau pikiran sehat. Apabila seseorang menghadapi masalah maka untuk memechkan atau mengatasi masalah itudengan menggunakan berbagai cara, slah satunya dengan mengunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah ini, dalam penelitian, biasanya dilukiskan sebagai suatu proses dimana penelitian atau penyidikan ecara induktif melakukan pengamatan, kemudian ia menyusun (jawaban tentatif).
Pendekatan ilmiah menuntut langkah-langkah secara sistemati, obyektif, terukur, teramati (empiris) dan analisi yang kita identifikasi sebagai ciri-ciri pendekatan ilmiah. Dalam pemecahan masalah para ilmuwan, termasuk para pendidik, sering membuat kesimpulan didasarkan pada kombinasi pemecahan masalah secara indukti dan deduktif yang disebut dengan pendekatan induktif-deduktif. Kombinasi pemecahan masalah secara induktif deduktif ini sering disebut dengan penekatan ilmiah.
Dengan pendekatan ilmiah, kita memikirkan apa yang akan terjadi apabila hipotesis benar, kemudian kita melakukan pengamatan secara sistematis atau mengumpulkan data dan kemudian melakukan analisis data. Atas dasar analisis inilah kita dapat membuat keputusan untuk menerima atau menolak hipotesis. Berdasarkan keputusan itulah kita menolak hipotesis. Berdasarkan keputusan itu juga kita membuat suatu kesimpulan. Artinya kesimpulan dibuat atau diambil berdasarkan hasil keputusan apakah menerima atau menolak hipotesis penelitian.






BAB III
PENUTUP

3.1         Kesimpulan
Pengetahuan secara umum dapat diartikan sebagai suatu hal yang di ketahui namun, pengetahuan yang dalam bahasa Inggris disebut “knowledge” yang artinya suatu pengalaman atau suatu hal yang diketahui dan dipahami oleh seseorang.
Ilmu pengetahuan tidak dapat disamakan dengan pengetahuan dikarenakan ilmu pengetahuan mempunyai makna luas dan menuntut teknik dan keterampilan berpikir. Dimana ilmu pengetahuan merupakan suatu usaha manusia yang dilakukan secara terus menerus dan mendalam dengan menggunakan metode berpikir tertentu.
Pengetahuan mumpunyai beberapa sumber diantaranya :
1.      Pengalaman (experience)
2.      Kewenangan (authority)
3.      Berpikir Deduktif (deduktive thinking)
4.      Berpikir Induktif (induktive thinking)
5.      Berpikir Ilmiah (scientific thinking)













DAFTAR PUSTAKA


Setyosari Punaji. 2010. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.